Pages

CITES dan Appendix

Thursday, April 23, 2015

Barang kali kita sering mendengar istilah "CITES" atau "appendix" dalam dunia hobiis reptil. Tapi apa sebenarnya arti dari istilah-istilah tadi? Jika teman-teman semua merupakan hobiis yang antusias untuk memelihara berbagai jenis spesies reptil, ada baiknya perdalam informasi mengenai CITES. 

  • CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) atau konvensi perdagangan internasional untuk spesies-spesies tumbuhan dan satwa  liar, merupakan suatu pakta perjanjian yang berlaku sejak tahun 1975. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut dengan Keputusan Pemerintah No. 43 Tahun 1978.
  • CITES merupakan satu-satunya perjanjian atau traktat  (treaty) global dengan fokus pada perlindungan spesies tumbuhan dan stawa dan satwa liar terhadap perdagangan internasional yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang mungkin akan membahayakan kelestarian tumbuhan dan satwa liar tersebut,
  • CITES merupakan perjanjian yang memuat tiga lampiran (appendix) yang terdiri dari :
    1. Appendix I yang memuat daftar dan melindungi seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan internasional secara komersial,
    2. Appendix II yang memuat daftar dari spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan,
    3. Appendix III yang memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang telah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan memberikan pilihan (option) bagi negara-negara anggota CITES bila suatu saat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix II, bahkan mungkin ke Appendix I
  • CITES merupakan komitmen dari 145 negara anggota mengenai prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh CITES secara khusus, bahwa perdagangan dalam bentuk apapun dari spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi telah menjamin kelestariannya;
  •  CITES merupakan suatu proses dimana negara-negara anggotanya berkerja bersama untuk menjamin bahwa perdagangan tumbuhan dan satwa liar dilaksanakan sejalan dengan perjanjian CITES,

Daftar lengkap spesies yang dilindungi dan termasuk ke dalam CITES dapat diperiksa pada sumber berikut : CITES


Dari daftar yang dimuat pada laman diatas kita masing sering menemukan spesies Appendix I yang dijual dengan bebas, terutama di jejaring sosial. Beberapa spesies yang sering saya lihat ditawarkan misalnya Varanus nebulosus dan Python molurus molurus. Di Indonesia sebagian besar spesies reptil masih termasuk ke dalam Appendix II yang jika dilakukan perburuan secara terus-menerus dapat menjadi terancam "naik tingkat" ke Appendix I misalnya Crocodilus porosus dan hampir semua Python sp

Selain CITES yang harus diperhatikan saat memilih reptil yang akan dipelihara adalah Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, jika tertarik membaca lebih lanjut dapat di download disini

Pada UU tersebut terdapat pasal 21 yang berbunyi :

Pasal 21
(1) Setiap orang dilarang untuk :

a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

(2) Setiap orang dilarang untuk :

a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.

Dengan perkecualian yang disebutkan pada Pasal 22 untuk kepentingan penelitian atau hewan tersebut membahayakan kehidupan manusia.

Pelanggaran terhadap pasal 21 diatur pada Bab XII mengenai Ketentuan Pidana Pasal 40 ayat (2) dan (4)

(2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Nah, dengan demikian jelaslah ada hukum pidana jika dengan sengaja memperdagangkan reptil-reptil yang dilindungi. Bahkan baru-baru ini di salah satu stasiun televisi swasta saya melihat buaya (Crocodilus porosus) sepanjang 2 meter yang disita karena pemiliknya tidak memiliki izin memelihara. Ada baiknya sebelum memelihara cari tahu dulu informasi sebanyak mungkin mengenai reptil yang akan kita pelihara. sebisa mungkin hindari binatang yang berasal dari hasil penangkapan liar, selalu tanyakan asal usul binatang yang akan kita beli. Sebisa mungkin belilah dari bredeer-bredeer reptil yang telah mulai banyak tersebar di Indonesia, agar reptil-reptil yang kita kagumi tidak habis dilingkungan alaminya :D.


Bedding / Media dalam Kandang

Friday, April 17, 2015

Reptil 101
 Bedding / Media dalam Kandang

Setelah sebelumnya membahas mengenai introduksi pemeliharaan reptil, kali ini saya akan membahas mengenai bedding/substrat  yang sering digunakan oleh reptile keeper. Pertama-tama kita tentu perlu mengetahui fungsi substrat  tersebut. Bedding merupakan media hidup (tempat hidup dan beraktifitas) reptil yang kita pelihara. Di media inilah reptil peliharaan kita akan makan, minum, poop, pee, tidur dan mengeksplorasi kandangnya. Sebagai media hidup tentunya terdapat beberapa kriteria alas kandang yang baik, agar reptil kesayangan kita sehat selalu. Kriteria tersebut antara lain :

1. Tidak Beracun
Beberapa bahan dapat berbahaya bagi jenis reptil tertentu. Baik karena kandungan di dalam bahan, maupun bahaya secara mekanis (tertelan, masuk ke mata, terhirup, dan sebagainya). Pastikan reptil kesayangan anda tidak menelan media kandang tersebut untuk mencegah terjadinya kematian atau sakit. Media yang beracun misalnya aspen.

2. Mudah dibersihkan
Substrat yang  baik merupakan substrat yan mudah dibersihkan. Baik dengan pembersihan total maupun pembersihan lokal (pada titik tertentu/spot cleaning).

3. Mudah Diperoleh
Sebaik apapun bahan, jika susah diperoleh akan menurunkan nilainya. Ada baiknya pula kita selalu memiliki cadangan dalam jumlah cukup, jika sewaktu-waktu diperlukan, misalnya baru membeli peliharaan dan belum sempat ke pet shop.

Jenis bedding yang digunakan oleh keeper untuk memelihara reptilnya cukup bermacam-macam. Tapi semua jenis bahan tersebut saya kelompokkan menjadi 3 jenis, bedding berbentuk lembaran, berbentuk cacahan/parutan, dan berbentuk pasir/butiran.


 Bedding yang berbentuk lembaran pun cukup beragam misalnya kertas koran, tissue, kertas hvs, kertas kardus, dan jenis kertas lainnya. Beberapa keeper bahkan menggunakan karpet mie karet dan lembaran bekas banner untuk alas reptilnya.
  • Keunggulan
Mudah diperoleh, umumnya hampir semua jenis kertas dapat digunakan sebagai media kandang. Saya pernah menggunakan kertas koran, hvs, kardus, dan kertas lainnya sebagai alas dan tidak pernah mendapat masalah berarti.

 Dapat digunakan pula untuk bersembunyi (bersembunyi diantara lembaran kertas), sangan baik untuk ular berukuran kecil yang masih pemalu. Berikan kertas tidak hanya 1 lembar sebagai alas, berikan 1 lagi sebagai penutup di atas ular, boleh juga berikan 1 lembar kertas yang telah diremas berbentuk bola.

 Murah, koran bekas sangat murah, jika anda mahasiswa tingkat akhir lembaran-lembaran kertas skripsi maupun tesis bekas konsultasi dapat dijadikan alas kandang yang cukup baik.



Kertas Koran, salah satu bedding lembaran yang sering dipakai

  • Kekurangan
Harus rajin diganti, substrat kertas cepat basah dan tidak dapat mengikat kelembaban sehingga begitu basah terkena pee, poop, maupun air yang tumpah harus segera diganti agar tidak menimbulkan penyakit. Untuk substrat berbahan karet yang anti air, jika basah harus segera dicuci atau diganti.

 Kurang bagus jika digunakan sebagai display, jika ingin memiliki kandang reptil yang apik dan terkesan alami, penggunakan media kertas bekas tidak akan tampak bagus.

Beberapa masalah lain misalnya kertas cenderung dingin di malam hari jika digunakan pada kandang kaca, namun saya belum pernah mengalami hal semacam ini. Jika terjadi, dapat diatasi dengan penggunaan ceramic heat ataupun heat tape, kedua benda tadi menghasilkan panas tanpa cahaya sehingga tidak mengganggu reptil saat beristirahat malam.


Bedding berbentuk cacahan/parutan, bedding yang berbentuk cacahan atau parutan umumnya merupakan produk alami. Beberapa contohnya antara lain, cocochip, cocopeat, corn cob, forest bark, spagnum moss dan serbuk kayu.

Cocochip merupakan media yang berbentuk bulatan besar dan terbuat dari sabut kelapa. Bahan ini dapat menyerap kelembaban dan sangat baik untuk jenis kadal-kadal besar. Saya sendiri tidak pernah menggunakan bahan ini untuk ular.


  • Keunggulan
Mudah diperoleh, umumnya saat ini cocochip mudah diperoleh, dapat dibeli secara online maupun di tempat penjual tanaman.

 Menyerap kelembaban, pee maupun poop, tidak menjadi masalah karena air dapat diserap, penggantian dapat dilakukan sebulan sekali tergantung keadaan.

  • Kekurangan
 Berukuran relatif besar, sehingga kurang cocok sebagai media  kandang kadal berukuran kecil.


Cocopeat merupakan hasil pemarutan dari sabut kelapa sehingga berukuran sangat kecil, hampir menyerupai tanah dengan serat-serat tanaman alami. Teksturnya yang serupa tanah menyebabkan cocopeat dapat digunakan untuk media kandang banyak jenis binatang, misalnya Tarantula, Kumbang, Reptil, dan lain-lain.


  • Keunggulan
Mudah diperoleh, umumnya saat ini cocopeat mudah diperoleh, dapat dibeli secara online maupun di tempat penjual tanaman.

 Mudah dibersihkan, terutama saat spot cleaning.

 Menjaga kelembaban, cocopeat umumnya dipasarkan dalam bentuk basah dan sangat baik untuk reptil yang memerlukan kelembaban tinggi, kadang cocopeat digunakan juga sebagai media penetasan telur.

  • Kekurangan
Rawan tertelan, bentuknya yang menyerupai tanah dan mudah menempel menyebabkan cocopeat mudah tertelan tanpa sengaja.

  Kadang dapat terlalu lembab, untuk kandang dengan ventilasi tidak terlalu baik cocopeat dapat menjadi terlalu lembab, akibatnya pee maupun poop reptil yang tidak segera dibersihkan akan berjamur.


Corn cob dan Forest Bark merupakan media yang berbentuk cacahan, jika corn cob berasal dari bonggol jagung, forest bark berasal dari kayu. Kedua bahan ini berukuran sedang dan dapat digunakan sebagai alas reptil yang cukup baik.




Corn cob (atas) dan Forest bark (bawah)


  • Keunggulan
Mudah dibersihkan, terutama saat spot cleaning.

 Menyerap kelembaban, pee maupun poop, tidak menjadi masalah karena air dapat diserap, penggantian dapat dilakukan sebulan sekali tergantung keadaan.

  • Kekurangan
Harganya cukup mahal, umumnya dijual dalam kemasan 1 kg di pet shop dan harganya cukup mahal terutama jika anda memiliki banyak kandang yang harus diisi.


Spagnum moss merupakan sejenis lumut, tersedia dalam bentuk basah dan kering. Umumnya digunakan sebagai media kandang amphibi, hatchling, maupun reptil yang memerlukan kelembaban tinggi.


  • Keunggulan
Menjaga kelembaban, media ini sangat baik menjaga kelembaban, beberapa orang juga menggunakan sebagai media inkubasi telur

  • Kekurangan
Harganya cukup mahal


Serbuk kayu merupakan media kandang yang paling sering saya gunakan. Berbahan dasar kayu yang telah diparut.


  • Keunggulan
Mudah diperoleh, serbuk kayu tersedia hampir di semua pet shop.

 Murah, harganya relatif terjangkau.

  Mudah dibersihkan saat spot cleaning, dapat diganti secara keseluruhan sebulan sekali.

  • Kekurangan
Rawan tertelan, karena sifatnya yang menempel dan ukurannya yang kecil serbuk kayu seringkali tertelan.


Bedding yang berbentuk pasir atau butiran misalnya zeolit, pasir kucing, desert sand. Jenis substrat ini umumnya digunakan untuk reptil yang berasal dari padang pasir dan memerlukan tingkat kelembaban cukup rendah, misalnya gecko.



Desert sand (atas) dan zeolit (bawah)
  • Keunggulan
 Mudah diperoleh, tersedia hampir di semua pet shop.

  Mudah dibersihkan saat spot cleaning, dapat diganti secara keseluruhan sebulan sekali.

  Bagus digunakan sebagai media kandang pameran, karena tampilan yang alami

  • Kekurangan
Rawan tertelan, karena sifatnya yang menempel dan ukurannya yang kecil sering kali mudah tertelan.

 Desert sand cukup mahal harganya dibanding zeolit

 Beraat, terutama desert sand dan jenis pasir malang


Masih banyak lagi jenis media bedding yang sering digunakan, misalnya pakis, biji millet, tanah, dan pasir malang. Banyak media tersebut tidak pernah saya gunakan. Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya selama memelihara reptil,  jika teman-teman ada yang bersedia menambahkan informasi lain yang berhubungan dengan substrat atau media kandang silahkan tinggalkan pesan atau hubungi saya melalui email. Yang paling penting apapun media kandangnya selalu rajin untuk menjaga kebersihannya agar reptil peliharaan kita selalu sehat. Jadilah reptile keeper yang bertanggung jawab :D.



Introduksi Awal Memelihara Reptil

Sunday, April 12, 2015


Salah satu jenis binatang yang populer menjadi peliharaan saat ini adalah reptil. Tapi apakah reptil itu sendiri? Ada berapa jenis reptil yang dapat dipelihara? Mengapa reptil semakin populer sebagai binatang peliharaan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut umum ditanyakan oleh pecinta binatang yang akan mengadopsi reptil untuk dipelihara, untuk itu ada baiknya kita mengedukasi diri kita sebaik mungkin sebelum memutuskan memelihara reptil di rumah kita.

Reptil merupakan binatang bertulang belakang. Berbeda dengan mamalia dan aves, reptil merupakan binatang "berdarah dingin" atau eksothermik, hal ini berarti reptil mendapatkan panas tubuhnya bukan dari proses metabolisme dari dalam badan melainkan dari sumber panas luar, misalnya sinar matahari. Ciri lain dari reptil adalah seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik. Umumnya reptil berkembang biak dengan bertelur (ovipar) walaupun beberapa spesies tertentu diketahui bertelur melahirkan (ovovivipar). Reptil terdiri dari empat ordo, yaitu Squamata (kadal, amphibi, dan ular), Testudines (kura-kura dan penyu), Crocodylia (buaya dan aligator), dan Rhynchocephalia (tuatara). Secara keseluruhan reptil terdiri dari 8000 lebih spesies yang telah ditemukan.


Foto Varanus indicus

Beberapa jenis reptil yang sering dipelihara adalah kadal dan ular. Jenis-jenis amphibi seperti katak dan salamander pun tidak kalah banyak peminatnya. Kadal-kadal yang sering dipelihara umumnya yang memiliki ukuran cukup besar, misalnya jenis biawak dari genus Varanus, Sailfin Dragon (Soa Layar) dari spesies Hydrosaurus sp, dan jenis Blue Tongue Skink dari spesies Tiliqua sp yang tersebar di Indonesia timur dan Australia. Kadal dari spesies-spesies tadi umumnya dapat berukuran cukup besar untuk dipelihara, walaupun beberapa spesies misalnya Varanus salvator dapat mencapai panjang 3 meter dan dapat membahayakan bagi pemula. Sementara untuk jenis ular yang sering dipelihara adalah jenis ular piton, jenis ular ini tidak berbisa dan mengandalkan lilitan untuk melumpuhkan mangsanya. Beberapa spesies yang populer dipelihara adalah Python reticulatus (Sanca batik), P. curtus brongersmai, P. curtus curtus, P. curtus breitensteini (Dipong, sanca gendang/darah), Morelia spilota (carpet python), dan banyak lagi.


Foto Python reticulatus (Sanca batik)

Dari banyak spesies yang telah disebutkan memiliki corak yang menarik. Tampilah luar yang eksotis ini yang memikat orang untuk memelihara reptil. Selain itu reptil relatif tidak memerlukan perawatan yang mahal, sebagai contoh seekor ular dapat makan hanya seminggu sekali. Nilai lebih lain adalah sebagian reptil tidak berisik (tidak bersuara) sehingga tidak menyebabkan kegaduhan di dalam rumah. Saya sendiri lebih memilih ular jenis piton karena praktis dan lebih tahan saat harus ditinggal keluar kota. Apapun reptil pilihan yang akan dipelihara, selalu pastikan untuk mencari tahu mengenai perawatan, perkandangan, dan segala informasi yang akan menjadi pegangan selama anda memelihara reptil tersebut. Ingat, jadilah reptile keeper yang bertanggung jawab.